Senin, 16 November 2015

MAU KAYA? JANGAN MENABUNG, BELANJAKAN UANG ANDA



 Dalam beberapa kesempatan pelatihan Financial Literacy bagi anggota Credit Union Jembatan Kasih saya meminta peserta untuk menuliskan pos-pos pengeluaran rutinnya setiap bulan. Sebagian besar peserta menuliskan   dan menempatkan pos pengeluaran untuk belanja sembako menjadi urutan pertama yang disusul dengan pos pengeluaran untuk  air, listrik dan angsuran rumah atau membayar hutang. Tidak banyak yang menuliskan pos pengeluaran pertamanya menabung. Hal tersebut mendorong saya untuk berbagi tentang motivasi atau alasan menabung. Menabung sepertinya sesuatu yang memberatkan. Beberapa peserta menyampaikan alasannya mengapa tidak bisa menabung. Alasan yang mengemuka dan menonjol karena penghasilannya kurang. Pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup harian bahkan yang paling pokok sekalipun. Kebutuhan untuk sekedar bertahan hidup saja belum sepenuhnya terpenuhi, apalagi harus menabung.
Pandangan tersebut selalu muncul ke permukaan. Pandangan itu menurut saya tidak sepenuhnya benar, kendati kedengarannya seperti benar. Menabung dari kekurangan adalah hal yang pernah saya lakukan. Hal itu saya lakukan sejak saya mengenal credit union Januari 2009. Dari hidup yang tidak memiliki kebiasaan menabung menjadi menabung adalah prioritas dalam mengelola keuangan keluarga. Pada awalnya mendengar dan mengubah pola pikir bahwa menabung adalah suatu pengeluaran rutin, atau menabung sebelum membelanjakan, sulit rasanya menerapkan. Namun ketika menabung itu telah menjadi aturan yang harus dilakukan dalam keluarga, perlahan tapi pasti, hal itu terlatih dan akhirnya terbentuk kebiasaan.
Menabung di Credit Union Jembatan Kasih adalah pilihan kami. Menabung sebelum membelanjakan setelah menerima penghasilan menjadi satu kebiasaan kami dalam mengelola keuangan keluarga setiap bulan. Menabung mendapat tempat utama yang disusul dengan membayar hutang-hutang kami. Namun rasanya tidak cukup berhenti sampai disitu. Uang yang kami tabung di credit union, bisa saja nilainya turun akibat inflasi. Maka sudah semestinya melakukan diversifikasi kekayaan dengan membelanjakan uang pada investasi yang berbeda.  
Saya rasa untuk itu dan yang tidak kalah urgent-nya adalah aturan menabung yang mengikat wajib dibuat dan ditegakkan. Jika aturan belum dibuat oleh negara yang mewajibkan warganya untuk menabung, mari dari masing-masing kita membuat aturan itu secara pribadi dan bersama dalam keluarga. Singapura, negara maju di Asia Tenggara, ternyata telah membuat aturan bagi warganya untuk menabung. Almarhum Perdana Singapura, Lee Kuan Yew  menerapkan sistem Central Provident Fund. Sistem itu merupakan sistem yang mewajibkan warganya yang sudah bekerja untuk menabung, terutama untuk dana pensiun, kesehatan, dan kebutuhan rumah tangga bahkan hingga 50% dari penghasilan sebulan. Dan sistem tersebut merupakan salah satu sistem yang telah merubah wajah Singapura menjadi sementereng saat ini.
Lalu apakah menabung akan membuat kita kaya? Ya, jawabnya. Tetapi akan menjadi lebih kaya dan bahkan lebih cepat kaya apabila kita berani dan bijak dalam membelanjakan uang. Kita berani mengambil resiko yang sepadan dengan uang yang kita belanjakan dengan mempertimbangkan kesempatan yang hilang saat kita membelanjakan uang kita, dan bijak membelanjakan uang kita untuk hal yang memang kita butuhkan. Kita semua butuh dana pensiun, butuh biaya berobat saat sakit (dana darurat), butuh income pasif, butuh jaminan hidup layak disaat kita harus menghabiskan sisa hidup yang lebih lama diwaktu tersebut. Kita butuh itu semua. Tetapi beranikah kita membelanjakan uang kita untuk kebutuhan kita itu?
Saya rasa adalah keputusan tepat jika kita membelanjakan uang kita untuk membeli aset yang dapat memberikan arus kas. Setelah uang kita belanjakan, pundi-pundi tabungan kita meningkat karena aset tersebut menambah pendapatan kita. Aset itu nilainya harus naik atau setidak-tidaknya dapat bertahan dibandingkan dengan saat kita beli. Atau setidak-tidaknya aset itu dapat menyesuaikan diri dengan inflasi, memberi arus kas dan bertahan. Kriteria-kriteria inilah yang kita pertimbangkan sebelum kita belanjakan uang yang kita miliki, yakni sesuai kebutuhan dan dapat menambah harta bersih kita.
Sebagai satu contoh maksud saya itu, ambil saja harga tanah dan bangunan diatasnya yang dapat memberikan arus kas dan nilainya bertahan bahkan cenderung naik. Batam adalah kota industri yang membuat banyak orang berburu rejeki. Mereka datang merantau ke Tanah Melayu ini. Mereka datang dan membutuhkan tempat tinggal. Tahun 2010 lalu, harga tanah berserta bangunan diatasnya dengan tipe 30/72 dipasarkan oleh pengembang dengan harga dikisaran 40-50 juta. Tahun 2014 tipe yang sama di lokasi yang masih relatif dekat dengan lokasi rumah yang saya sebutkan, dibandrol dengan harga berkisar 170-an juta.  Rumah tersebut jika disewakan laku dengan tarif satu juta lebih perbulan. Belum lagi ditambah dengan kehadiran pengembang yang telah moncer di Jakarta ke Batam seperti Agung Podomoro Group. Harga tanah di Batam langsung terkerek dan tak terkira sebelumnya.
Membelanjakan uang dengan bijak saya rasa akan sangat didukung oleh banyak pihak. Credit Union salah satu lembaga pemberdayaan anggota sangat mendukung. Dukungan yang diberikan  dapat berbentuk pemberian pinjaman untuk tambahan modal usaha dan yang lain. 
Membelanjakan uang dengan bijak tidak hanya belanja yang memang kita butuhkan dan kita pakai. Lebih dari itu kita membutuhkan sesuatu yang lebih besar. Kita belanjakan uang kita untuk itu, untuk investasi dan mempertahankan kekayaan kita jika harus mengalami masa krisis dalam kehidupan kita. (Yustinus Joko Kristiono) ~*~